Kamis, 01 September 2011

IDUL FITRI DAN PERUBAHAN

Hakekat Idul Fitri adalah kembalinya hamba Allah kepada fitrahnya sebagai manusia yang suci lahir bathin setelah ditempa ibadah ramadhan selama satu bulan.  Persoalan yang mendasar adalah ketika kita saksikan fenomena menarik ditengah kehidupan masyarakat pada saat idul fitri dan pasca idul fitri.
A.    Fenomena Idul Fitri
Pada saat idulfitri berlangsung, kebanyakan orang bergegas mempersiapkan segala
sesuatunya dengan sungguh-sungguh, dari mulai bersih-bersih rumah, baju baru, sampai kepada menyediakan berbagai macam suguhan dimeja tamu. Yang lebih menarik adalah tradisi mudik yang berlangsung, ribuan bahkan jutaan orang tumpah memenuhi jalan-jalan sehingga kemacetan terjadi dimana-mana dan lebih tragis kecelakaan tak dapat terhindarkan. Fenomena ini juga tidak salah, karena ritual tahunan ini dianggap sebagai ajang silaturahim bertemu sanak keluarga dan kerabat untuk saling memaafkan, artinya Hablum Minannas  tercapai.
B.    Fenomena Pasca Idul Fitri
Ini yang lebih penting disimak, ketika kita menyadari makna puasa adalah membentuk manusia taqwa, pertanyaannya adalah sudahkah kita bertaqwa? Yang terjadi justru kebiasaan-kebiasaan sebelum ramadhan kembali dilakukan, dari mulai ibadah hanya menggugurkan kewajiban sampai kepada melakukan hal-hal yang dilarangpun kembali dilakukan. Dengan demikian apa  yang didapat dalam ramadhan kecuali lagi-lagi hanya menggugurkan kewajiban saja.

Oleh karena itu, alangkah baiknya mari kita bermuhassabah dan mendalami lagi hakekat idul fitri yang sebenarnya yaitu kembali kepada hakekatnya kepada kesucian lahir dan bathin. Pada akhirnya siapa yang bakal menjamin kita akan bertemu lagi ramadhan berikutnya yang penuh bonus-bonus pahala mengembalikan kesucian manusia. Maka sampai kapan siklus kehidupan ini akan berlangsung secara monoton tanpa ada perubahan mendasar.
Dalam konteks Al-Qur’an Allah SWT mengingatkan kepada kita melalui Surat Al-Ashr :”Demi Waktu, seungguhnya manusia itu merugi kecuali Beriman dan Bermal Sholeh dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran”.
Oleh karena itu kembali kepada konteks keagamaan , sebagaimana sinyalemen Al-Qur’an dalam Surat Al-Ashr di atas, makna idul fitri harus kita isi dengan perubahan dengan cara meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dan saling introspeksi mengingatkan sesama kita. Bukankah kita sering mendengar ungkapan  “Jika hari ini sama dengan hari kemarin maka termasuk merugi”, maka supaya kita termasuk orang-orang beruntung kita bertekad “ Hari ini lebih baik dari kemarin” dalam semua aspek kehidupan yang diniatkan dengan ibadah kepada Allah SWT.
Tujuan hidup adalah pengabdian kepada Sang Kholik, maka segala aktifitas kehidupan yang kita lakukan tanpa niat pengabdian akan terasa hampa dan akhirnya kebahagian yang didapat tanpa pengabdian hanya kamuflase saja, dan akhirnya Allah SWT bukannya mencurahklan rahmat yang ada akan turun adzab, na’udzubillah.
Semoga Idul Fitri 1432 H ini kita adakan perubahan dalam semua aspek kehidupan kearah yang lebih baik dengan niat yang diawali dengan Bismillahirrahmanirrahim insya allah segala upaya yang kita lakukan mendapat Ridho Allah SWT, semoga kita sekalian mendapat kekuatan untuk melaksanakan Perintah Allah dan Meninggalkan larangan-larangan-Nya. Jika sebelumnya idul fitri masih diwarnai dengan dominasi Hablum Minannas maka kedepan harus berubah dengan meningkatkan juga Hablum Minallah. Wallahu'alam Bishowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Latihan Berbuat Baik (Model Implementasi 4M)

  Sejatinya manusia terlahir dalam keadaan suci dan bersih tanpa noda, hal ini sejalan dengan hadits nabi Kullu Mauludin Yuladu ‘alal Fitroh...