Istilah “Qurban” dalam arti
sempit mempunyai makna “Prosesi ibadah dalam ajaran Islam dengan melakukan
penyembelihan hewan yang sudah memenuhi syarat tertentu dilaksanakan pada hari
raya Idul Adha”. Sementara filosofi ibadah qurban sendiri dimulai dari ujian
tingkat keimanan seorang nabi yaitu Nabi Ibrahim as yang diperintah Allah untuk
menyembelih putra tercintanya yaitu Ismail. Oleh karena itu, tidak heran setiap hari Raya
Idul Adha umat Islam yang tidak melaksanakan rukun Islam ke lima, hamper diseluruh
pelosok melaksanakan pemotongan hewan qurban, tak terkecuali pada tahun 2015
ini, pelaksanaan ibadah qurban pemotongan sapi tidak terpengaruh oleh naiknya
harga sapi dipasaran.
Literatur mengenai Syari’at
ibadah qurban sudah banyak dipahami oleh semua orang, sehingga saya akan
mencoba lebih mempertajam makna Qurban bukan dalam arti penyembelihan hewan.
Paling tidak ada lima hal pokok makna qurban yang harus dilakukan oleh kita
semua :
1. Berbagi rezeki disaat-saat
sulit.
Pada saat senang dan rezeki melimpah semua orang dapat
berqurban, tetapi pada saat-saat sulit kita
dituntut untuk berqurban, paling tidak ada niatan untuk berbagi kepada
oranglain yang sulitnya dibawah kita.
2.
Memberikan yang terbaik
kepada yang membutuhkan.
Ini menjadi penting dilakukan, karena apa yang kita
berikan akan sangat bermanfaat jika yang kita berikan itu adalah yang terbaik,
sehingga si penerima dapat menggunakannya sesuai kebutuhan. Inipun membutuhkan
pengorbanan, karena pada saat kita akan memberi tidak jarang bisikan-bisikan
syetan selalu menggoda untuk memberikan yang jelek bahkan tidak dibutuhkan oleh
si penerima.
3.
Selalu bersabar ketika
cita-cita belum tercapai.
Pengurbanan yang paling besar adalah bersabar, karena
tidak sedikit banyak yang terjerumus untuk melakukan jalan pintas untuk meraih
cita-cita, padahal sesungguhnya do’a dan upaya yang kita lakukan bukannya tidak
dikabulkan atau ditunda oleh Allah, tetapi yakinlah Alah akan mengabulkannya
disaat-saat kita benar-benar membutuhkannya.
4.
Merasa ikhlas ketika
oranglain mendapat kesuksesan.
Penyakit yang berbahaya dalam diri manusia adalah iri
dengki, sehingga banyak orang tidak ikhlas pada saat oranglain sukses, padahal
apa yang menurut kita baik belum tentu baik akibatnya sebaliknya apa yang
menurut kita tidak baik sesungguhnya itu baik buat kita. Dengan demikian ikhlas
pun memerlukan pengurbanan.
5.
Mengingatkan keluarga, rekan
kerja, teman pada saat mereka berbuat salah.
Budaya ewuh pakewuh turut mempengaruhi kondisi di atas,
pada saat keluarga berbuat salah masih memungkinkan kita untuk mengingatkan
bahkan melarangnya, tetapi pada saat rekan kerja dan teman apalagi atasan yang
berbuat salah, ini persoalan yang kerap terjadi kita sungkan untuk mengingatkan.
Maka diperlukan pengurbanan untuk hal ini, resiko terberat yang menghantui
apabila kita mengingatkan atasan berbuat salah selalu dianggap tidak loyal,
bahkan ada kekhawatiran posisis kita terancam, sehingga selalu mengambil “Posisi
Aman”.
Dengan demikian, momentum hari
Raya Idul Adha tahun 1436 H/2015 masehi ini mari kita memaknai qurban bukan
hanya sebagai prosesi rutinitas penyembelihan hewan, tetapi kita maknai lebih
luas yang dapat kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. (ahid).
Wallahu’alam Bishowwab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar