10 Nopember 19 tahun
lalu, tepatnya hari minggu tanggal Sepuluh Nopember tahun Seribu sembilan ratus sembilan puluh enam, Allah SWT telah
mempertemukan pendamping hidup saya melalui prosesi akad nikah yang sakral dengan
seorang wanita solehah yang bernama “Ekawati”. Yang pasti tidak ada pembahasan
serius mengenai pernikahan tanggal 10 Nopember tersebut, ternyata tanggal itu
bertepatan dengan peringatan hari pahlawan.
Buah dari pernikahan
itu, kami telah dikaruniai dua puteri masing-masing bernama “Dika Shafira
Hidayat” yang saat ini masih menempuh studi di Yogyakarta dan “Aulia Farihah
Hidayat” yang juga masih menempuh studi di Solo.
Judul tulisan di
atas terinspirasi oleh lamanya perjalanan kehidupan keluarga dari awal sampai
saat ini, ternyata kami berempat sekeluarga (saya, isteri dan anak-anak) semuanya
pahlawan. Saya coba memaknai kata “pahlawan” sebagaimana saya telah posting di
akun facebook saya, bahwa Pahlawan adalah :
- mereka yang selalu mendahulukan kewajiban
- mereka yang selalu bertanggungjawab
- mereka yang selalu ingin sukses
- mereka yang tidak pernah mengeluh
- mereka yang tidak mau gagal
- mereka yang tidak bangga dengan pujian
- mereka yang tidak marah dengan cacian
- mereka...mereka...mereka semua yang selalu berbuat kebaikan.
Terlalu subjektif
jika saya menceritakan bahwa saya pahlawan, namun diakui atau tidak dari maksud
pahlawan di atas sangat jelas sekecil apapun maknanya, bahwa saya dan para
suami-suami lain layak disebut pahlawan. Suami telah berupaya semaksimal
mungkin memenuhi tuntutan idealnya sebuah rumah tangga, yang jelas bertanggungjawab
memenuhi kebutuhan lahir dan bathin dan
mampu mengelola persoalan dengan baik dan mencarikan solusinya.
Selanjutnya,
keberadaan isteri yang dari awal selalu setia sebagai pendamping hidup
sekaligus sebagai teman diskusi tukar pikiran, rela mengorbankan waktunya hanya
untuk mengurus rumah tangga, dari mulai urusan dapur, urusan pendidikan anak,
bahkan mendukung pekerjaan yang dilakukan suami. Maka sangat pantas jika isteri disebut juga “Pahlawan”.
Kemudian, anak-anak
juga tidak kalah pentingnya khususnya keluarga saya, karena saya harus
melaksanakan tugas yang tidak pernah terbayang harus meninggalkan home base,
maka anak-anak pun rela untuk tidak bersama saya dan ibunya, solusinya
adalah anak-anak harus dapat mandiri dan mengatasi masalahnya sendiri yang
tentunya sangat berat bagi mereka. Saya dan isteri sepakat untuk menitipkan
anak di tempat pendidikan yang representatif dengan harapan anak-anak dapat
tumbuh dewasa dibekali dengan akhlak yang baik, walaupun secara rutin sering
dipantau bahkan dikunjungi, tetapi tetap saja bagi anak-anak ini hal berat,
tapi jiwa kepahlawan mereka terlihat dengan tidak pernah mengeluh atas kondisi
ini.
Oleh karena itu, berangkat
dari sedikit tentang pengalaman keluarga saya, maka momentum peringatan hari
pahlawan 10 Nopember tahun 2015 bersamaan dengan hari jadi pernikahan saya dan
isteri tercinta 19 tahun lalu, saya ingin katakan bahwa “Kami dan Kita Semua
adalah Pahlawan”.
Untuk isteri dan
anak-anak saya, mari kita selalu ”bertanggungjawab, jangan pernah
mengeluh, jangan pernah mau gagal, jangan pernah angkuh,
berprilaku lemah lembut, selalu berbuat kebaikan dimana-mana dan yang lebih
penting mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan kepada kita.” (ahid)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar