Selasa, 10 November 2015

KAMI DAN KITA SEMUA ADALAH PAHLAWAN




10 Nopember 19 tahun lalu, tepatnya hari minggu tanggal Sepuluh Nopember tahun Seribu sembilan ratus sembilan puluh enam, Allah SWT telah mempertemukan pendamping hidup saya melalui prosesi akad nikah yang sakral dengan seorang wanita solehah yang bernama “Ekawati”. Yang pasti tidak ada pembahasan serius mengenai pernikahan tanggal 10 Nopember tersebut, ternyata tanggal itu bertepatan dengan peringatan hari pahlawan.
Buah dari pernikahan itu, kami telah dikaruniai dua puteri masing-masing bernama “Dika Shafira Hidayat” yang saat ini masih menempuh studi di Yogyakarta dan “Aulia Farihah Hidayat” yang juga masih menempuh studi di Solo.
Judul tulisan di atas terinspirasi oleh lamanya perjalanan kehidupan keluarga dari awal sampai saat ini, ternyata kami berempat sekeluarga (saya, isteri dan anak-anak) semuanya pahlawan. Saya coba memaknai kata “pahlawan” sebagaimana saya telah posting di akun facebook saya, bahwa Pahlawan adalah :
  • mereka yang selalu mendahulukan kewajiban
  • mereka yang selalu bertanggungjawab 
  • mereka yang selalu ingin sukses
  • mereka yang tidak pernah mengeluh
  • mereka yang tidak mau gagal
  • mereka yang tidak bangga dengan pujian 
  • mereka yang tidak marah dengan cacian
  • mereka...mereka...mereka semua yang selalu berbuat kebaikan.
Terlalu subjektif jika saya menceritakan bahwa saya pahlawan, namun diakui atau tidak dari maksud pahlawan di atas sangat jelas sekecil apapun maknanya, bahwa saya dan para suami-suami lain layak disebut pahlawan. Suami telah berupaya semaksimal mungkin memenuhi tuntutan idealnya sebuah rumah tangga, yang jelas bertanggungjawab  memenuhi kebutuhan lahir dan bathin dan mampu mengelola persoalan dengan baik dan mencarikan solusinya.

Selanjutnya, keberadaan isteri yang dari awal selalu setia sebagai pendamping hidup sekaligus sebagai teman diskusi tukar pikiran, rela mengorbankan waktunya hanya untuk mengurus rumah tangga, dari mulai urusan dapur, urusan pendidikan anak, bahkan mendukung pekerjaan yang dilakukan suami.  Maka sangat pantas jika isteri disebut juga “Pahlawan”.

Kemudian, anak-anak juga tidak kalah pentingnya khususnya keluarga saya, karena saya harus melaksanakan tugas yang tidak pernah terbayang harus meninggalkan home base, maka anak-anak pun rela untuk tidak bersama saya dan ibunya, solusinya adalah anak-anak harus dapat mandiri dan mengatasi masalahnya sendiri yang tentunya sangat berat bagi mereka. Saya dan isteri sepakat untuk menitipkan anak di tempat pendidikan yang representatif dengan harapan anak-anak dapat tumbuh dewasa dibekali dengan akhlak yang baik, walaupun secara rutin sering dipantau bahkan dikunjungi, tetapi tetap saja bagi anak-anak ini hal berat, tapi jiwa kepahlawan mereka terlihat dengan tidak pernah mengeluh atas kondisi ini.

Oleh karena itu, berangkat dari sedikit tentang pengalaman keluarga saya, maka momentum peringatan hari pahlawan 10 Nopember tahun 2015 bersamaan dengan hari jadi pernikahan saya dan isteri tercinta 19 tahun lalu, saya ingin katakan bahwa “Kami dan Kita Semua adalah Pahlawan”.
Untuk isteri dan anak-anak saya, mari kita selalu  ”bertanggungjawab,  jangan pernah mengeluh, jangan pernah mau gagal,  jangan pernah angkuh, berprilaku lemah lembut, selalu berbuat kebaikan dimana-mana dan yang lebih penting mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan kepada kita.” (ahid)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Latihan Berbuat Baik (Model Implementasi 4M)

  Sejatinya manusia terlahir dalam keadaan suci dan bersih tanpa noda, hal ini sejalan dengan hadits nabi Kullu Mauludin Yuladu ‘alal Fitroh...