KAKEK DAN HP
Suatu hari disebuah kota Kecil di Jawa Tengah, menjelang sore hari terlihat orangtua renta usia 80 tahunan datang kekonter handphone dengan mengayuh sepeda ontelnya sembari membawa handphone jadul (baca : jaman dulu) keluaran tahun 1990-an akhir. Maksud sang kakek akan men-service handphone tersebut.
Kakek : nak tolong periksain hp bapak sepertinya rusak ini.
Penjaga konter : keluhannya apa kek? sambil memeriksa handphone
tersebut.
Kakek : keluhannya sudah hampir dua bulan ini tidak pernah
bunyi nak ?.
Penjaga konter : handphone ini masih bagus kek cuma modelnya saja
yang sudah lama, lalu si penjaga konter coba menghubungi hp sang kakek melalui
hp miliknya dan bunyi nada deringnya.
(Spontan sang kakek
tersenyum kegirangan sambil berucap "alhamdulillah ternyata handphone ini
sudah kembali bunyi lagi". )
Penjaga konter : memangnya kenapa kek, kok kakek sampe gembira
begitu?.
Kakek : soalnya sudah dua bulan ini kelima anak-anak kakek
yang tinggal jauh diluar kota sana tidak pernah lagi menelpon. dengan sudah
diperbaiki handphone ini anak-anak kakek bisa menelpon kakek lagi.(Melihat gembiranya
si kakek, penjaga konter justru sebaliknya menjadi terharu, dan berkesimpulan
betapa teganya anak-anaknya si kakek yang jauh diluar kota sampai dua bulan
tidak pernah menelpon bapaknya, sekedar menanyakan khabar, kondisi kesehatan, dan menceritakan kondisi pekerjaan, menantu dan cucu-cucunya. Mungkin kalau saja para
anak-anaknya si kakek rutin menelpon minimal seminggu sekali, rasanya tidak
mungkin si kakek datang ke konter saya, gumam si penjaga konter. )
Penjaga Konter : maaf kek … kakek dapet dari mana handphone ini ?
Kakek : Alhamdulillah nak, hp ini dikasih anak saya yang
nomor dua yang kerja di Jakarta.
Penjaga konter : kerjanya dimana kek ? (si penjaga konter penasaran
dan ingin tahu)
Kakek : dia kerja di hotel katanya bagian marketing
Penjaga konter : Terus anak kakek yang lain tinggal dimana ?
Kakek : anak pertama ikut suaminya yang dosen di Australia,
anak ketiga kerja di Kalimantan di Perusahaan Batu Bara, anak keempat jadi PNS
ditempatkan di Sumatera, dan anak kelima masih kuliah di Bandung dapat
beasiswa.
Penjaga konter : ooohhhhh (semakin prihatin si penjaga konter dengan
prilaku anak-anaknya si kakek)
Kakek : Terima kasih nak, tas bantuannya. Ini berapa biayanya
nak?
Penjaga konter : Tidak usah bayar kek, kan tidak ada yang saya
ganti, Cuma perbaikan ringan saja kek.(penjaga konter berniat tidak akan
menambah beban pikiran si kakek, kalau saja si penjaga konter jujur bahwa dasar
anak-anaknya saja yang tidak mau menelpon, maka apa jadinya, tentunya si kakek
bertambah sedih)
Kakek : sekali lagi terima kasih nak, kakek pamit sambil
menunggu telpon dari anak-anak kakek.
Penjaga konter :
hati-hati dijalan kek.
Teman-teman!
sekelumit cerita di atas menjadi pelajaran penting buat kita, betapa yang namanya orangtua, harapannya begitu
besar untuk diperhatikan oleh anak-anak kandungnya, mungkin bukan materi yang
diharapkan tetapi hanya khabar saja sudah cukup baginya. Kalaupun materi yang
harus dikasih itu sudah kewajiban. Maka Berbahagialah teman-teman yang
orangtuanya masih hidup dan kita tidak bisa bersamanya, ini bisa kita
pergunakan untuk secara rutin memberi khabar melalui fasilitas teknologi (baca
: telpon) yang biayanya murah dibandingkan dengan asuhan, perawatan dia kepada
kita dari mulai mengandung sampai kita menjadi seperti sekarang ini. Jika perlu
berilah dia smartphone dengan fasilitas video call yang bias langsung
bertatap muka.
Kalaupun orangtua
kita sudah tidak ada, penting juga untuk terus berkomunikasi dengan orangtua
kita yang lain seperti pak de', bu de', pak lek, bu lek, guru dan kerabat kita
lainnya. Mumpung sebentar lagi memasuki bulan Ramadhan, melalui komunikasi kita
bisa saling mendoakan untuk kebaikan kita bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar